Membangun Kawasan Industri Baru Di Jawa Barat
Kawasan industri Jawa Barat saat ini menjadi incaran bagi para investor yang ingin membangun perusahaan manufaktur maupun pabrik di Indonesia. Mulai dari Cikarang, Karawang, hingga Bekasi pun memiliki kawasan industri terpadu. Akan tetapi, ternyata pembangunannya masih kurang merata.
Ketua Himpunan Kawasan Industri (HKI) Indonesia Sanny Iskandar mengatakan, selama ini kawasan industri Jawa Barat hanya dikembangkan pada wilayah utara bagian barat, seperti Bekasi dan Karawang. Saat ini, kawasan tersebut sudah mulai jenuh sehingga pengembangan selanjutnya mengarah ke timur.
“Jadi tidak hanya Jabar utara bagian barat saja yang berhasil, tetapi juga yang bagian timur meliputi Purwakarta, Subang, Majalengka, Indramayu, dan Cirebon. Nanti akan dibangun beberapa kawasan di sana,” ujarnya, belum lama ini.
Selain sebagai pemerataan, Sanny menuturkan pemerintah ingin arus barang tidak hanya terpusat di Tanjung Priok, tetapi juga di Pelabuhan Patimban, Subang. Saat ini Pelabuhan Patimban masih dalam tahap konstruksi dan ditargetkan mulai beroperasi pada Maret 2019. Saat ini semua barang yang masuk ataupun keluar masih melalui pelabuhan Tanjung Priok. Harapannya setelah Pelabuhan Patimban sudah siap akan mempercepat dalam meningkatkan kualitas produksi.
Tidak hanya pelabuhan, pemerintah juga membangun Bandara Kertajati di Majalengka, yang juga masih dalam tahap pembangunan, dan jalan tol Jakarta-Cikampek yang menyambung ke Cipali hingga Cirebon sebagai dukungan infrastruktur pengembangan kawasan industri Jawa Barat utara bagian timur.
Saat ini, sudah terdapat lima hingga enam pengembang yang mulai melakukan pembebasan lahan dan diperkirakan akan terus bertambah. Menurut Sanny, industri akan mulai bergeser ke Jabar utara bagian timur pada 2020. Saat ini ada 10 kawasan industri di sana dengan variasi luas antara 200 hektar sampai 2.000 hektar. Di Bekasi dan Karawang sekarang ada 22 kawasan industri.
Sanny menambahkan, pengembangan 10 kawasan industri baru di Jawa Barat utara bagian timur akan tercapai pada 2020 dengan catatan kondisi ekonomi global mendukung. “Seperti sekarang kan ada perang dagang, ini bisa menjadi peluang bagi Indonesia karena yang dibatasi masuk ke Amerika Serikat kan produk China,” katanya.
Sementara itu, kawasan industri juga menjadi salah satu pendukung implementasi industri 4.0 yang menjadi program pemerintah. Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto mengatakan pemerintah akan meningkatkan jaringan internet 5G di kawasan industri.
Kemenperin akan berkoordinasi dengan Kemenkominfo untuk membahas regulasi serta menggandeng PT Telkom selaku operator penyedia layanan internet untuk perencanaan teknis. Menurut Airlangga, dalam upaya penerapan jaringan internet 5G di kawasan industri tersebut, saat ini masih dirancang peta wilayah pemasangannya.
“Industri 4.0 membutuhkan kecepatan data hingga 5G. Kalau datanya pakai yang lemot, ketika mau lihat proses di pabrik dan yang tampil di monitor akan ada time-lag, waktu yang tidak cocok,” ungkapnya.
Airlangga mengatakan, memasuki era digital saat ini, industri harus diimbangi dengan kualitas jaringan internet yang cepat. Pemasangan jaringan internet 5G tersebut terkait dengan pelaksanaan peta jalan Making Indonesia 4.0.
Dengan masuknya teknologi 5G tersebut di kawasan industri Jawa Barat diharapkan akan menarik investor sekaligus meningkatkan kualitas produksi di kawasan industri tersebut. Adapun, dalam peta jalan Making Indonesia 4.0 terdapat lima sektor pengembangan industri manufaktur yang akan menjadi percontohan, yaitu industri makanan dan minuman, tekstil dan pakaian, otomotif, kimia, serta elektronik.
Industri otomotif di kawasan Jawa Barat memang sudah cukup terkenal terbukti dengan banyaknya perusahaan besar otomotif dari Jepang, Korea, hingga Cina pun ada. Dengan meluasnya kawasan industri Jawa Barat ke sisi timur, diharapkan akan ada peningkatan pula dalam sisi industri baik dalam industri otomotif maupun industri lainnya.